Usai sudah peperangan hari ini
Kertas-kertas berhamburan
Di tiup kipas angin
Muka-muka memerah
Terpercik kebencian
Mata-mata berkilauan
Saling tikam dalam pandangan
Telah tumpah lava panas
Dari dasar kawah amarah
Senjataku telah terkokang
Kekuatan amunisi penuh
Membidik ketidakadilan
Membuatnya terkapar parah
Di bangku panjang
Perang berlanjut di hari berikutnya
Senjataku menyalak keras
Tepat membidk kepalanya
Duar! Otak berhamburan
Mengotori meja kerja
Sisanya berceceran di lantai
Tercium amis darah berbaur dendam
Menggenang setinggi harga diri
Segera saja relawan asing datang
Membawa segala perlengkapan
Menyekop ceceran otak
Menjejalkan ke dalam tempurung kepala
Memungut peluru mautku
Menyumpalnya ke dalam mulut
Memaksaku bungkam, atau mati
Tangan dan kaki kami diseret
Di borgol ke meja perundingan
Bersama para pelacur politik
Yang kemarin melabeli buraian otak
Dengan proyek penjualan lahan,
Penggalian hasil tambang,
Penebangan hutan
Proyek agama tak ketinggalan
Penapena diselipi diantara jari
Dipaksa menandatangani
Perjanjian yang telah dicurangi
Beberapa kepala digergaji
Menumbalkan kawan di balik jeruji
'Kami akan menjemput nanti'
Bila suratan takdir menghendaki
Perdamaian memang terlambat datang
Tapi perang terlalu cepat berhenti
Ratapan jiwa merembes keluar
Menembus alam nyata dan maya
Perang ini belum usai, kawan
Sampai kita berjumpa kembali
Di jembatan Shiratal Mustaqim
The Island, March 26, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar