Sabtu, 22 Mei 2010

Nanggroe Ini Bukan Milikmu, Tuan

Ini dongeng pengantar tidurmu malam ini, Tuan
Kubisikkan sepenuh rasa sakit yang mengalir
Sedalam rasa kecewa yang bergelombang
Dalam urat nadi, dalam syaraf hati, dalam simpul imaji
Kudesahkan sepenuh rasa cinta yang kumiliki
Terhadap daratan yang kusebut Nanggroe

Buka telingamu lebar-lebar, Tuan
Bila kau masih diberi nikmat pendengaran
Buka mata hatimu, Tuan
Karena mata kepalamu telah buta
Gembok hatimu terpaksa kami congkel
Terlalu berat, sarat dengan karat kepentingan

Nanggroe ini bukan milikmu, Tuan
Dengarkanlah dan resapi itu baik-baik
Silahkan kau obral harga dirimu
Kau barterkan idiologimu
Kau campakkan kopiahmu
Kau lacurkan dirimu

Tapi jangan sekali-kali kau jual Nanggroe
Atau kau gadaikan ke negeri seberang
Jika tak ingin kami kejar dengan pedang

Nanggroe ini milik kami, Tuan
Daratannya dibasahi okeh darah para syuhada
Udaranya dipenuhi oleh dzikir para aulia
Endatu kami telah berjuang mempertahankannya
Dari para penjajah dan penjarah yang serakah
Lalu mengamanahkannya kepada kami, para pewaris

Kami tak peduli kau main mata pada banyak wanita
Mengerling sampai bola matamu juling
Kami tak peduli kau teguk berbotol botol minuman
Hingga kerongkonganmu terbakar kering
Kami tak peduli kau bertaruh di awal senja hingga fajar tiba
Melenggang bersama koin yang bergemerincing
Kami tak sanggup lagi peduli, itu urusanmu dengan Tuhanmu

Kami tunggu kau diambang batas kesadaranmu, Tuan
Keluar dan hadapi kami layaknya seorang laki-laki sejati
Singkirkan sesaat rasa sok pintar dan sikap anti kritikmu itu
Jawab deretan teka-teki kami yang lucu:
Hutan Lindung yang makin gundul,
Sungai tanpa jembatan penyeberangan,
Rumah sakit mewah tanpa dokter ahli,
Sekolah megah tanpa pendidik berkualitas,
Preman yang berbalut pakaian penegak hukum,
Kebijakanmu yang tak memihak rakyat,
Semua terjadi tepat dibawah hidungmu, kau tak tahu?

Dan penuhi seribu janji:
Terhadap anak yatim,
Janda korban konflik,
Mantan kombatan,
Mantan tahanan politik,
Masyarakat sipil.

Dan balaslah budi:
Mereka yang memberimu makan,
Atap untuk sekedar berteduh,
Secelah tempat untuk berlindung,
Ditengah hujan peluru tempo dulu.

Sekian dongeng pengantar tidur dariku malam ini
Akan kubuai Tuan dengan cerita yang lain esok
Jika Tuan masih punya ide menjual Nanggroe
Please deh, langkahi dulu mayat kami

The Island, May 23, 2010

2 komentar:

  1. nanggroe nyoe ata aneuk miet dan cuco geutanyoe ra'jat atjeh

    BalasHapus
  2. beutoi ..
    nyanm nyang hak ta peugah bak awak2 tipe kolonialis nyan ..

    BalasHapus