Sabtu, 09 Januari 2010

Can Woman Survive Without Sinetron?

Aku sedang sibuk mengisi tabel data produk hukum yang telah dikeluarkan selama tahun lalu saat telpon selularku berdering. Kutatap layar kecilnya. Dari rumah. Makcut. Makcut itu adik mendiang mamiku. Kami tinggal berdua di rumah tua bergaya colonial belanda sejak orang tuaku meninggal tenggelam dalam kecelakaan kapal gurita 14 tahun yang lalu dan sejak kakek nenekku meninggal karena usia tua, lebih dari 100 tahun. Menurutku orang jaman dahulu berusia lebih panjang karena hanya menyantap makanan yang sehat dan alami. No junk food. Dan pola hidup yang sehat. Tidur lebih awal dan bangun lebih dini. Gak ada yang begadang karena menanti sinetron kesayangannya ditayangkan di televisi. Atau terpaku di depan laptop sampai ayam berkokok pukul 3 dini hari hanya untuk memperbaharui atau melihat status teman-teman, seperti diriku. Aha! Let’s get back to the phone.

Belum sempat kumengucapkan salam, aku sudah disambut suara makcutku di ujung sana. “Na, kamu dimana?”.

“Kantor,” jawabku singkat.

“Ada teknisi parabola di rumah, pulanglah sekarang. Jangan lama-lama. Sekarang, kamu dengar?” Makcutku berkata cepat. Sudah seminggu pesawat televisi di rumah tak dapat menangkap siaran apapun. Blank. Betul-betul blank. Gak ada kotak-kotak atau garis-garis. Hanya layar biru yang monoton, dan aku tak berkepentingan apapun dalam hal ini, karena akulah satu-satunya penghuni rumah yang bisa dikatakan tidak pernah berada di depan tv. Aku benci tv. Tayangan sampah. Sinetron, infotainment, reality show yang udah dipoles sehingga gak real lagi menurutku. Hampir sebagian besar tayangan televisi kita tak layak tonton sebenarnya, makanya aku tak ambil pusing dengan vacumnya siaran televisi di rumah belakangan ini.

“Baik, Na matikan computer dulu ya,” balasku. Sebernarnya aku tak suka diganggu saat sedang bekerja. Ini memang sudah waktunya pulang, tapi aku sangat menikmati saat-saat di mana hanya aku aku seorang diri yang berada di dalam ruangan kantor dan mengerjakan apapun yang kusuka. Bebas. Tanpa ada gangguan sedikitpun. Tak mesti berbagi computer, atau printer, ataupun mengangkat telepon kantor yang nyaris tak pernah berhenti berdering. Kerajaan kecilku, begitulah aku menyebutnya. Aku berkemas secepat yang kubisa dan turun ke lantai dasar. Ruangan kantorku terletak di lantai 2.

Ponselku berbunyi lagi. “Na, kamu dimana sih? Kok lama sekali pulangnya?” Makcutku lagi. Suaranya terdengar tak sabar.

“Masih di depan kantor, lagi tunggu becak, sebentar lagi juga dah sampe di rumah kok,” jawabku. Aku tak memiliki kendaraan pribadi. Aku memiliki sejarah panjang yang tidak menyenangkan dengan kendaraan roda dua. Tujuh kali sudah aku mengalami kecelakaan dengan posisi aku dibonceng. Ntahlah, mungkin sedang naas aja kali ya.... Singkat cerita, sekarang aku mempunyai becak langgangan.

5 menit kemudian aku telah tiba di rumah. Dua orang tekhnisi sedang sibuk bekerja di atas atap kamar mandiku. Parabolanya memang terpasang di atas atap. Dalam hati aku takjub. Gak pernah-pernah makcut mengurusi hal-hal seperti ini. Ini bagian tugasku. Tugas rutin Makcut adalah masak memasak dan membersihkan rumah. Selebihnya jatahku. Ini lompatan baru dalam sejarah. Dan darimana dia dapat no hp para teknisi ini? Aku tak habis pikir.

“Apanya yang rusak, bang?’ tanyaku sambil menyipitkan mata, mendongak ke atas atap.

“Kabelnya lepas, Dek. Sebentar lagi juga dah kelar kok. Tinggal kita stel ulang siarannya. Ntar malam udah bisa nonton lagi,” sahut salah seorang dari mereka.

“Nyoe, peuget laju. Ka seminggu hantom kalon lee si Fitri. Hanjeut nonton ka reuloh parabola,” sahut makcutku yang tiba-tiba saja sudah muncul dari pintu samping.

Oh Tuhaaan...., jadi demi sinetron kesayangannya itu Makcutku melakukan lompatan sejarah, bela-belain panggil tekhnisi ke rumah? Ck,ck,ck…. Wow! Perempuaaan, perempuaaan....
Dalam hati aku menggerutu sendiri, apa jadinya bila seluruh tanyang sinetron diblokir selama setahun oleh Pemerintah Aceh untuk mengantisipasi teracuninya pikiran masyarakat oleh tayangan tak mendidik? Apakah Makcutku akan uring-uringan dan membuat lompatan sejarah baru yang lainnya, yang tak pernah kuduga sebelumnya? Hmm…. just wait n see....

1 komentar:

  1. Helo, menarik banget tulisan ini, boleh aku posting? kalau boleh, aku kasih nama penulisnya siapa ya? apakah pakai nama anda, atau the girl from the island?

    Seandainya boleh, ini emailku dewimrn860@gmail.com

    Terima kasih dan salam,
    Dewi

    BalasHapus