Kamis, 05 Agustus 2010

Janji

Merekam jejak hari dalam penantian panjang
Sepanjang janji yang pernah kau lontarkan
Melesat melewati prahara pergantian musim
Takdir tuhan bercampur bisikan ambisimu
Kemarau, penghujan, perang, lalu damai
Aku penikmat senantiasa, tiada pilihan
Pasrah berbaur kelabu warna dinding
Menyatu di petak beku gigil lantai

Siapakah aku, kau dan mereka
Dalam pentas kehidupan
Saat sutrada meneriakkan 'action!'
Kau diam, lalu melakoni peran lain
Dan aku masih terpasung di sini
Setia memainkan peran korban
Dari cerita yang kau putar arah
Berbalut kentalnya pengkhianatan

Kapan kau merasa puas menyiksaku
Cahaya mataku tumbuh tanpa belaianku
Juga ada lutut yang tak sempat kupeluk
Sepasang tangan yang tak sempat kucium
Seraut wajah yang tak sempat kulihat
Untuk yang penghabisan kalinya
Sebelum disemayamkan

Wahai Tuan Gubernur dan Tuan Mentroe
Wahai Saudaraku sekalian di Nanggroe
Kalian merenggut dan mengabaikan hakku
Sebagai seorang ayah dan seorang anak
Sebagai rakyat Aceh yang turut berjuang
Sehingga kalian semua kini dapat mencicipi
Apa yang kalian sebut 'Damai Aceh'


Nanggroe, 18 Juli 2010

1 komentar: